Surat Untuk Backpacker dan Penulis Di Cianjur, Khoer Jurzani

Sahabat Backpacker

Khoer, apa kabar ? Sudah lama sekali sejak kita berpisah kamu tak berkabar. Aku selalu mengikuti perkembanganmu, kau tulis cerita-cerita mu dan aku membacanya, ketika kamu menjadi perwakilan diskusi sastra di Anyer, Jambi aku pun tau, termasuk cerita konyol ketika kamu ke Malaysia untuk menerbitkan bukumu. Sekarang nampaknya kamu mulai meraih apa yang kamu pernah bilang padaku, menjadi penulis yang hebat, menerbitkan buku-buku, kuliah dan sekarang menjadi guru.

Entah kenapa tiba-tiba aku ingin menulis surat ini padamu, tanpa sengaja aku membuka album foto-foto lama, dan terselip fotomu disitu. Dulu kamu yang menjadi teman dikala sedang kesusahan, nyari makan di emperan, jalan kaki dan pergi tanpa tujuan dan kau bagai orang gila teriak-teriak baca puisi di tengah hutan. Yang berkesan lagi adalah ketika kau mengajaku untuk tidur di Pemakaman Cina yang semuanya diluar perkiraanku tapi aku menikmatinya. Aku tertidur dan kau masih terus berteriak seolah kamu sedang berada di panggung.

Dunia terlalu cepat, aku ingat ketika bertemu denganmu di lomba baca puisi ramadhan yang aku lupa itu tahun berapa, mungkin kamu ingat ? hehe dan setelah pertemuan itu, kita bertemu secara intens hampir setiap malam untuk sekedar ngobrol atau diskusi mengenai tulisanmu. Mungkin kamu juga perlu tau, aku menulis tidak sehebat dirimu, yang aku tulis kini lebih ke apa yang aku alami dan sesuai dengan hobiku sebagai seoarang traveller.

Backpacker
Dan sampai saat inipun,
jiwa seni itu semakin gila
merasukimu kawan

Oia, dulu aku kenal kamu lewat nama pena mu yaitu “Lelaki Rumput” yang entah apa aku tak tau namanya apa. Dan kini berubah dengan gagah menjadi Khoer Jurzani, nama pemberian guru kita Kang Yusuf 😀

Khoer, kamu tau apa yang sedang aku rindukan ? Aku rindu menjelajah kampung-kampung di antah berantah, aku ingat sekali ketika kamu mengajakku ke suatu tempat di atas bukit yang aku hampir menyerah. Hampir setiap beberapa langkah aku minta berhenti bahkan sampai tertidur, dan kamu terus menulis puisi dan membacanya. Rasanya momen itu sudah tiada, sekarang aku hidup di Ibu kota yang penuh dengan hiruk pikuk, termasuk dengan gaya hidupnya yang agak sulit sekali berhemat seperti dahulu.

Aku rindu membaca catatan-catatanmu yang hampir setiap hari kamu berikan padaku, aku rindu membaca puisi denganmu, aku rindu menjelajah pelosok kampung yang sulit terjamah, rindu ngemper di kuburan cina, rindu belajar teater.

Khoer, cita-citamu hampir sebagian besar sudah tercapai, dan aku yakin kamu bisa lebih dari itu. Doakan aku juga agar aku bisa meraih cita-citaku yang pernah aku ceritakan padamu.

Oia, kamu ingat Kugy ? Perempuan yang kamu kenalkan padaku yang mengajari kita memainkan peran di teater ? Sekarang dia sudah menikah dan punya anak, aku sempat ketemu dia waktu nonton teater di TIM dan dia ingin sekali bertemu denganmu. Dan aku belum melaksanakan janjiku padanya untuk singgah jika aku travelling ke Malang. Dan dia memberiku hadiah ulang tahun sebuah buku untuk belajar acting yang sampai saat ini belum aku baca 😀

Khoer, buku Di Bawah Bendera Revolusi Soekarno punyamu masih di aku. Tolong kirimkan alamatmu ya biar kukirim.

Ah, sebenarnya akan lebih asyik jika nostalgianya bukan sekedar dalam tulisan saja. Kapan-kapan kita ketemu ya.. maaf juga aku baru sadar ternyata kita gak punya banyak foto barengan, maklum di saat itu belum mampu gadget belum secanggih sekarang untuk foto-foto 😀

Sahabatmu, Arman Mulyadin

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Open chat
1
Hallo.. ada yang bisa kami bantu ?