Menurut informasi yang beredar, Pulau Pari dulunya adalah pulau kosong dan tak berpenghuni sama sekali. Bahkan, dulunya belum memiliki nama sama sekali. Benarkah demikian? Simak sejarah Pulau Pari lebih lengkapnya disini.
Sejarah Pulau Pari
Sejarah Pulau Pari ini bermula dari masa penjajahan Belanda. Dimana, saat itu ada warga Tangerang memutuskan untuk melarikan dirinya ke Pulau Pari demi menghindari kerja paksa yang dilakukan oleh Belanda.
Sementara itu, untuk penamaan Pulau Pari berawal dari banyaknya ikan pari yang ada di pulau tersebut. Dengan kondisi tersebut, masyarakat menamakannya sebagai Pulau Pari.
Dari tahun ke tahun, semakin banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk menghindari kerja paksa dari Belanda tersebut.
Tak hanya itu, seiring dengan berjalannya waktu, keharmonisan dan ketentraman semakin membuat warga merasa nyaman tinggal di pulau tersebut.
Selepas dari masa penjajahan Belanda, penjajahan tak hanya berhenti sampai disitu saja. Dikarenakan, Jepang menemukan adanya warga yang menetap di Pulau Pari. Pada akhirnya, mereka dipaksa untuk menjadi nelayan tanpa dibayar. Beruntungnya, hal itu tidak berlangsung lama sebab Indonesia segera merdeka.
Setelah itu, warga di Pulau Pari mulai memikirkan cara agar bisa tetap hidup disana. Nah, ini dimulai dengan mengembangkan budaya alam di perairan tersebut dan juga mulai bercocok tanam berbagai jenis tanaman.
Tak lama dari itu, Pulau Pari didukung langsung oleh pemerintah DKI Jakarta. Pemerintah memutuskan untuk melakukan pembangunan pusat penelitian untuk rumput laut di bawah LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).
Lokasi tersebut ada di bagian barat Pulau Pari. Saat itu, langsung diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin. Nah, sesuai namanya, pulau ini digunakan sebagai tempat penelitian rumput laut.
Mitos yang Beredar di Pulau Pari
Dibalik keindahan dari Pulau Pari, tetap saja masih ada mitos yang beredar. Contohnya saja, mitos dari Pantai Perawan. Ini adalah mitos paling banyak yang ditemui oleh masyarakat setempat.
Menurut mitosnya, dulunya ada gadis kecil yang hilang di pantai tersebut dan bahkan hingga kini belum ditemukan. Banyak sekali orang yang berasumsi bahwa anak kecil itu dibawa seekor burung gagak yang sangat besar sekali.
Akan tetapi, tak ada satupun yang tahu kebenaran dari mitos tersebut. Itulah kenapa disebut sebagai pantai pasir perawan.
Namun, mitos lain yang beredar bahwa penamaan dari pantai tersebut justru karena belum terjamah oleh masyarakat luas. Dengan kondisinya yang masih asri dan perawan, maka dari itu disebut sebagai Pantai Pasir Perawan.
Pasirnya yang sangat lembut, putih bersih, dan indah mampu memberikan sentuhan yang sangat menarik bagi setiap pengunjung. Apalagi jika berfoto di bibir pantai. panorama indahnya sangat terlihat dengan jelas. Jadi, sayang sekali jika Anda melewatkan momen kebersamaan di Pantai Pasir Perawan ini.
Setiap mitos terus beredar dan berkembang sesuai masanya. Jadi, tak perlu heran kenapa banyak sekali mitos ditemui tentang Pulau Pari ini. Apapun mitosnya, sebagai pengunjung, Anda tetap harus menghargai kepercayaan dari warga setempat.
Jadi, patuhi setiap aturan yang berlaku di tempat tersebut agar tak ada kejadian yang aneh-aneh menimpa diri Anda dan pengunjung lainnya.
Nah, itulah sejarah Pulau Pari yang telah kami rangkum dari beberapa sumber. Semoga bisa menjawab rasa penasaran Anda tentang mitos dari Pulau Pari tersebut. Jadi, kapan nih mau liburan ke Pulau Pari?