Heyho Dolaners, jenuh dengan kegiatan di Jakarta, jenuh dengan pekerjaan yang gak ada habisnya mending jalan-jalan yuk ke Cianjur. Di di cianjur ada sebuah bukit yang melegenda, orang sana menyebutnya Gunung Mananggel.
Gunung Mananggel berada tidak jauh dari pusat kota Cianjur, jika kamu naik kendaraan dari Bay Pass sudah terlihat wujudnya. Dan asik sih jika dieksplore dikala gak ada kegiatan. Ke lokasi ini adalah yang kedua kalinya, sebelumnya saya eksplore berdua bersama teman saya Khoer Jurzani, seorang penulis dan penyair yang kebetulan saya kenal dia waktu itu di lomba baca puisi Ramadhan di Cianjur Supermall.
Sejak pertemuan kala itulah mungkin saya menemukan partner untuk menyalurkan hobi saya, yaitu nulis dan jalan-jalan.
Untuk jalan-jalan saya mungkin lebih freak dari Khoer, dan sebaliknya dia lebih freak di Menulisnya. Jadi ya sudah kita akhirnya memutuskan eksplore Gunung Mananggel untuk jalan-jalan sekalian nulis.
Untuk ke puncak mananggel di perjalanan kita menemukan panorama yang eksotis, view kota cianjur, view Gunung Gede, maupun aktifitas warga berkebun di sekitaran kaki bukit. Dan amazingnya di balik bukit ternyata ada perkampungan, yang konon mereka belum ada akses untuk ke kota selain kendaraan bermotor itupun dengan jalanan tanah dan belum diaspal. Sesekali ngobrol dan bermain dengan anak-anak di perkampungan sana menjadi keasyikan tersendiri buat saya.
Perjalanan dengan khoer tidak sampe ke puncaknya, karena salah jalan dan kami lebih menghabiskan di jalan sambil istirahat dan menemani Khoer menyelesaikan tulisannya. So, perjalanan yang santai dan menyenangkan.
Perjalanan Bareng Temen-temen Forum Lingkar Pena Cianjur
Perjalanan Kedua, ini setelah saya hijrah kerja di Jakarta, dan saya ajak temen-temen dari FLP CIANJUR untuk eksplore lagi Gunung Mananggel. Dan tentu setiap perjalanan dengan orang yang berbeda, Kali ini saya mulai perjalanan dari Jakarta malam hari dengan “menunggangi” Renata, Motor kesayangan saya.
Pas jam 3 saya tiba di Cugenang, sempat numpang tidur sebentar di pom bensin hingga nunggu waktu subuh. Seusai subuh saya langsung bergegas ke Rumah Baca di kawasan dekat Rumah Sakit Cianjur sebagai tempat meeting point kita.
Oke bro, letsgo.. Rasanya, saat itu kabut masih membalut bumi Cianjur yang basah, suara jangkrik dan kodok masih siup-siup terdengar saat kami mulai bergegas. Perjalanan pertama melewati perkampungan yang sudah mulai ramai dengan lalulalang warga yang beraktifitas. Memasuki gang-gang kecil, dan beberapa kali salah jalan.
Seusai perkampungan, mulailah memasuki kebun-kebun yang ranum, tetesan embun masih malu-malu untuk jatuh ke tanah. Pun dengan matahari, hanya baru terlihat rona warna orange dari pelupuk ujung bukit. Dan kami terus melanjutkan perjalanan.
Ada satu orang, kami tinggal karena waktu sudah terlalu siang karena ia start dari Bandung. Beruntung ia mengetahui medan, jadi kita bisa janjian di persimpangan jalan dan akhirnya bertemu, beruntung masih ada signal, jadi bisa saling berkomunikasi.
Yang saya lewati kali ini berbeda dengan rute perjalanan pertama saya dengan Khoer, ya meski type jalan sama-sama kebun tapi kayaknya lebih asyik dan lebih jauh yang kedua ini.
Sekilas tentang Mananggel, ada sebuah kisah yang melegenda disini, yaitu tentang cerita Prabu Sanghyang Tapak.
Bersumber dari google, ada banyak sekali blog yang menceritakan tentang batu yang ada jejak kaki, dan embel-embel cerita kerajaan masa lalu. Konon juga Prabu Sanghyang Tapak ada kaitannya dengan legenda yang ada di Gunung Padang, Suryakencana maupun di Sindang Barang. Hemm.. baca-baca beginian seolah saya kembali flashback ke masa lalu dan membayangkan film-film kolosal semisal Angling Dharma.
Memasuki jalan yang rimbun, saya pikir jalan ini jarang dilalui orang, perlahan kami mengibas-ngibas kayu hingga jalan rimbun terbuka. Ya inilah perjalanan yang membuat kami lambat sampai di puncaknya.
Dan setelah menempuh perjuangan yang ekstra akhirnya tiba lah di puncak Mananggel, untuk view gak spesial sih, karena tertutup pepohonan jadi ya kita nikmati saja sambil santap makan siang dan ditemani pepohonan yang besar. Agak serem sih, pas makan siang persis di depan kita semua ada burung tiba-tiba jatuh mati entah kenapa sebabnya. Sontak kita langsung mengubur burung itu dan kemudian bergegas pulang. Hihi.. hujan brooo